Rabu, 10 Juni 2015

0 Tugas Sistel - Satelit

BAB 1
PENDAHULUAN
Satelit merupakan benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya Bulan adalah satelit alamiBumi. Sebenarnya terminologi ini berlaku juga bagi planet yang mengelilingi sebuahbintang, atau bahkan sebuah bintang yang mengelilingi pusat galaksi, tetapi jarang digunakan. Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami Matahari. 5 Satelit alami terbesar yang pernah ditemukan manusia adalah: Ganymede (Jupiter), Titan (Saturnus),Callisto (Jupiter), Io (Jupiter), serta Bulan (Bumi).
Sementara satelit buatan merupakan benda buatan manusia yang diluncurkan ke luar angkasa untuk keperluan tertentu. Sama seperti satelit alam, satelit buatan tersebut merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi, satelit iptek dan satelit militer. Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya.
Posisi satelit pada orbitnya ada tiga macam yaitu. Low Earth Orbit (LEO): 500-2,000 km diatas permukaan bumi. Medium Earth Orbit (MEO): 8,000-20,000 km diats permukaan bumi. Geosynchronous Orbit (GEO): 35,786 km diatas permukaan bumi.
Seluruh pergerakan satelit dipantau dari bumi atau yang lebih dikenal dengan stasiun pengendali. Cara kerja dari satelit yaitu dengan cara uplink dan downlink. Uplink yaitu transmisi yang dikirim dari bumi ke satelit, sedangkan downlink yaitu transmisi dari satelit ke stasiun bumi.  Komunikasi satelit pada dasarnya berfungsi sebagai repeater di langit. Satelit juga menggunakan transponders, yaitu sebuah alat untuk memungkinkan terjadinya komunikasi 2 arah. Umumnya komunikasi satelit menggunakan banyak tranponders. Contohnya Intelsat VIII menggunkan 44 transponders dapat mengakomodir 22.500 telepon sirkuit dan 3 channel TV, pada masa sekarang ini sampai bisa mengakomodir komunikasi di Asia dan Afrika.
Antena satelit sangat penting peranannya dalam jaringan komunikasi satelit. Karena benda yang ini berfungsi sebagai penerima transimisi di setiap kawasan di dunia. Sedangkan satellite spacing (penempatan satelit) digunakan agar dalam melakukan transmisi lebih mudah berdasarkan kawasannya.  Sedangkan power system yang digunakan oleh satelit diperoleh melalui sinar matahari yang diubah ke bentuk listrik yang menggunakan Sel surya (Solar cells). Selain itu, satelit juga dilengkapi dengan sumber tenaga yang berdurasi 12 tahun yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroperasi.
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa (space race) antara Soviet dan Amerika.  Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika. Amerika menyusul dengan meluncurkan satelit pertamanya pada 31 Juni 1958 yang bernama Explorer 1. Satelit terbesar buatan manusia ialah International Space Station.
Indonesia pertama kali meluncurkan satelit buatan pada 8 Juli 1976 dengan nama satelit Palapa A1. Satelit ini diluncurkan dari Keneddy Space Center di Tanjung Canaveral, Amerika Serikat. Pada saat itu Indonesia masih meminta bantuan beberapa negara pembuat satelit terdahulu seperti Rusia dan Amerika Serikat. Indonesia baru berhasil meluncurkan satelit buatan sendiri pada 10 Januari 2007. Satelit mikro yang diberi nama Lapan Tubsat tersebut diluncurkan di Pusat Ruang Angkasa Sriharikota, India, dengan roket polar (Polar Satelite Launch Vehicle/PSLV).
Satelit Lapan Tubsat tersebut berbentuk kotak masif berwarna hitam berukuran 450 X 450 X 275 mm, berukuran mikro  dengan kriteria berat di bawah 100 kg. Memiliki dua kamera analog biasa merk Sony. Satu dengan kemampuan resolusi 200 m dengan lebar sapuan 81 km sedangkan kamera lainnya berkemampuan lebih tinggi dengan resolusi 5  m dan lebar sapuan 3,5 km. Sehingga dapat digunakan sebagai alat penginderaan jarak jauh. Aktifitas satelit dikendalikan di Rumpin Bogor dan stasiun serupa di Jerman. Perancangan dimulai tahun 2003 dan melibatkan 12 insinyur dari ITB, PT DI, LIPI, LEN dan Lapan.
Tahun ini, rencananya Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) akan meluncurkan satelit kembar Lapan Twinsat untuk keperluan mitigasi bencana. Satelit ini memiliki kamera surveillance (pengamatan) yang dapat diarahkan secara mandiri. Dengan penggunaan satelit kembar, keandalan data yang diperoleh akan lebih tinggi. Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia membuat Lapan tergerak untuk segera meluncurkan satelit terbarunya. Gempa yang mengguncangkan beberapa wilayah di Indonesia mengakibatkan banyak kerugian, termasuk di antaranya lumpuhnya jaringan infrastruktur sistem komunikasi yang darat atau terestrial selama beberapa waktu.
Untuk mendukung komunikasi dalam keadaan darurat, diperlukan infrastruktur, yaitu satelit. Teknologi ini mampu mendukung komunikasi saat keadaan darurat dalam bentuk voice (suara) dan data. Selain itu, satelit mampu mengambil citra daerah-daerah bencana dengan resolusi 5 m. Satelit juga dapat mengirimkan data secara langsung (real time) maupun dengan revisit (90 menit) dan dalam waktu peliputan yang tinggi (15 menit dalam radius 1000 km) untuk satu stasiun atau untuk seluruh wilayah Indonesia.
Kedua satelit tersebut saat ini dalam proses integrasi di Rancabungur, Jawa Barat. Satelit kembar akan diluncurkan dengan menggunakan roket Indian Space Research Organization (ISRO) pada 2011. Lapan dan ISRO telah menandatangani kontrak kerjasama untuk peluncuran satelit tersebut. Satelit akan diluncurkan pada ketinggian 650 km dengan sudut inklinasi yang sesuai dengan posisi geografis Indonesia, yaitu 6-9 derajat.




BAB 2
PEMBAHASAN
1.      Sejarah
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa (space race) antara Soviet dan Amerika.Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur  perubahan orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan ionosphere.Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberikesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika.Pada bulan Mei, 1946, Project Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedari dunia, yang menyatakan bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke dua puluh".Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946 dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan laporan diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata militer; tetapi, mereka menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertari PertahananAmerika menyatakan, "Saya tidak mengetahui adanya satupun program satelit Amerika."Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat akan mau meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai Project Vanguard.Pada tanggal 31 July, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan satelit pada musim gugur 1957.

Mengikuti tekanan dari American Rocket Society (Masyarakat Roket America), the National Science Foundation (Yayasan Sains national), and the International Geophysical Year, interest angkatan bersenjata meningkat dan pada awal 1955 Angkatan Udara Amerika dan Angkatan Laut mengerjai Project Orbiter, yang menggunakan wahana Jupiter C untuk meluncurkan satelit. Proyek ini berlangsung sukses, dan Explorer 1 menjadi satelit Amerika pertama pada tanggal 31 januari 1958.Pada bulan Juni 1961, tiga setengah tahun setelah meluncurnya Sputnik 1, Angkatan Udara Amerika menggunakan berbagai fasilitas dari Jaringan Mata Angkasa Amerika (the United StatesSpace Surveillance Network) untuk mengkatalogkan sejumlah 115 satelit yang mengorbit bumi.Satelit buatan manusia terbesar pada saat ini yang mengorbit bumi adalah Station Angkasa Interasional (International Space Station).

2.      Jenis Satelit  Beserta Fungsinya
·         Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan objek angkasa lainnya yang jauh.

·         Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah.

·         Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dariorbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.

·         Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerimadi permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperolehdata posisi di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.

·         Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
·         Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya kepada 3 antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.

·         Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun. Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.

·         Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.

·         Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit mikro (di bawah 200kg), satelit nano (di bawah 10 kg).
3.      Prinsip Kerja Satelit
Satelit adalah stasiun relay yang digantung di langit. Disebut stasiun relay karena fungsi utama satelit adalah merelay sinyal-sinyal yang berasal dari bumi. Sinyal-sinyal yang diterimanya dari bumi itu digeser dulu frekuensinya baru kemudian dipancarkan kembali ke bumi. Jadi pada dasarnya satelit itu berisi rangkaian translator frekuensi, yaitu rangkaian elektronik yang terdiri dari penerima, penggeser frekuensi dan pemancar.
Sinyal dari bumi yang sampai ke satelit sangat lah lemah. Sebab sinyal yang dikirim dari bumi hingga mencapai satelit akan melalui lintasan (path) ruang yang sangat jauh sehingga sinyal akan mengalami redaman (free space path loss) yang sangat besar. Redaman ini disebabkan karena sifat radiasi gelombang elektromagnetik itu memancar ke segala arah (seperti bola yang mengembang) sehingga kekuatan sinyal akan melemah sebanding dengan kuadrat dari jarak yang ditempuhnya. Selain itu jarak tempuh itu akan terasa semakin jauh bagi sinyal yang panjang gelombangnya makin pendek. Dengan demikian besarnya redaman ini berbanding lurus dengan kuadrat dari jarak dan frekuensi yang digunakan, dimana secara matematis dituliskan sbb.:
Untuk memudahkan perhitungan, formula di atas bisa disederhanakan menjadi:
L = 32.4 + 20 Log d + 20 Log f
L adalah besarnya Loss atau redaman (dalam satuan dB)
f adalah frekuensi kerja yang digunakan (dalam satuan MHz)
d adalah jarak tempuh antara stasiun bumi dng satelit (dalam satuan km)
Sekedar contoh misalnya frekuensi kerja yang digunakan untuk up-link adalah 6 GHz = 6.000 MHz, dan jarak antara stasiun bumi ke satelit = 36.000 km, maka besarnya redaman pada arah up-link
L-up = 32.4 + 20 Log 36.000 + 20 Log 6.000 = 32.4 + 91.1 + 75.6 = 199.1 dB

Redaman ini sangat besar sehingga sinyal yang diterima di satelit sangatlah lemah. Maka agar sinyal yang sangat lemah ini bisa dipancarkan kembali ke bumi dengan daya pancar yang cukup, dibutuhkan rangkaian penguat yang bertingkat-tingkat. Pada tingkat pertama sinyal diperkuat oleh gain antenna penerima. Output dari antenna yang juga masih sangat lemah kemudian diperkuat lagi dengan LNA (Low Noise Amplifier). Setelah levelnya cukup, sinyal ini kemudian dimasukkan ke rangkaian mixer-1 untuk digeser frekuensinya ke frekuensi L-Band.
Penggeseran frekuensi menurunkan level sinyal, sehingga sinyal harus diperkuat lagi pada tahap ini. Setelah levelnya cukup, sinyal dimasukkan lagi ke mixer-2 untuk digeser lagi frekuensinya ke frekuensi kerjanya (frekuensi down link). Pada tahap ini sinyal diperkuat lagi oleh driver amplifier dan kemudian diperkuat oleh HPA (High Power Amplifier) agar diperolah daya pancar yang cukup besar. Pada tahap akhir, sinyal kemudian diperkuat lagi oleh antenna pemancar untuk menghasilkan apa yang disebut dengan EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power). Besaran EIRP inilah yang kemudian oleh satelit dipancarkan kembali ke bumi.
Sebagaimana dijelaskan pada bab translasi frekuensi, pergeseran frekuensi sama sekali tidak mengubah nilai informasi yang terkandung di dalam sinyal tersebut. Jadi meskipun di satelit frekuensi sinyal di geser sebanyak dua kali, akan tetapi informasi yang terkandung di dalamnya masih tetap utuh (sama sekali tidak berubah). Oleh karena itu menjadi jelas bahwa fungsi satelit dalam hal ini hanya merelay sinyal yang berasal dari bumi untuk kemudian dipancarkan lagi kembali ke bumi.
Pergeseran frekuensi sebanyak dua kali dimaksudkan untuk memperoleh gain yang sangat tinggi. Sebab memperkuat sinyal di satu frekuensi kerja akan menyebabkanamplifier mudah berosilasi (sinyal output masuk kembali ke input). Untuk menghindari hal ini terjadi maka sinyal harus diperkuat pada frekuensi kerja yang berbeda-beda. Dalam gambar (3) diperlihatkan sebuah contoh bahwa gain total satelit adalah sekitar 170 dB. Gain sebesar ini akan sangat sulit diperoleh bila amplifier bekerja pada satu frekuensi kerja. Oleh karena itu penguatan sinyal dilakukan di 3 frekuensi yang berbeda. Pertama sinyal diperkuat pada frekuensi Rx (dengan menggunakan LNA). Kemudian frekuensinya digeser ke L-Band dan penguatan kedua dilakukan pada frekuensi ini. Selanjutnya frekuensi sinyal di geser lagi ke frekuensi Tx dan diperkuat lagi (oleh HPA) hingga mencapai daya pancar sesuai yang diinginkan. Dengan cara ini maka akan diperoleh gain total yang sangat tinggi.
Penguatan sinyal mulai dari antenna penerima, LNA, HPA hingga antenna pemancar disebut dengan Gain Satelit [perhatikan gambar (1) di atas]. Besarnya Gain Satelit telah didesain sedemikian rupa sehingga sinyal yang diterima dari bumi mampu menghasilkan daya pancar maksimum sesuai kapasitas HPA yang terpasang di satelit. Daya output dari HPA selanjutnya diperkuat lagi oleh antenna sehingga diperoleh EIRP yang tinggi. Sebab sinyal yang dipancarkan oleh satelit ke bumi akan mengalami redaman yang sangat besar. Sekedar gambaran misalnya frekuensi down link yang digunakan adalah 4 GHz = 4.000 MHz, maka besarnya redaman pada arah Down Link adalah:
L-down = 32.4 + 20 Log 36.000 + 20 Log 4.000 = 32.4 + 91.1 + 72.0 = 195.5 dB
Redaman down-link ini sangat besar, sehingga sinyal yang diterima di bumi juga sangat lemah. Itulah sebabnya dibutuhkan gain yang cukup besar di stasiun penerima di bumi agar informasi yang terkandung dalam sinyal dapat dideteksi kembali. Apabila kualitas sinyal yang diterima belum sesuai dengan kebutuhan, maka daya pancar di sisi pengirim perlu diperbesar. Dengan cara ini maka secara otomatis daya yang dipancarkan oleh satelt juga ikut membesar. Kenaikan daya pancar di satelit merupakan fungsi linier dari kenaikan daya pancar di pengirim. Sebagai contoh misalnya, bila daya pancar di sisi pengirim dinaikkan 3 dB, maka daya pancar satelit juga akan naik 3 dB. Jika dinaiikan lagi 10 dB maka daya pancar di satelit juga akan naik 10 dB. Demikian seterusnya hingga pada suatu titik dimana kenaikan daya pancar di satelit tidak lagi linier. Pada titik ini daya pancar satelit sudah melampaui batas liniernya. Oleh karena itu penambahan daya di sisi pengirim tidak boleh sembarangan. Ada batas tertentu yang tidak boleh dilampaui. Inilah yang disebut dengan istilah Power Limitted, artinya satelit memiliki daya pancar yang terbatas.
Apabila daya pancar di sisi pengirim sudah tidak bisa lagi dinaikkan, sedangkan sinyal yang diterima masih belum sesuai dengan kebutuhan, maka jalan satu-satunya adalah dengan memperbesar diameter antena penerima. Makin besar diameter antena penerima akan semakin baik, karena sistem penerima akan menjadi lebih sensitif, artinya lebih mampu menerima sinyal-sinyal yang lemah. Namun makin besar diameter antena akan memerlukan lahan yang lebih besar, ukuran yang besar jelas tidak praktis dan harganya pun juga pasti lebih mahal. Oleh karena itu perhitungan daya pancar di sisi pengirim maupun besarnya diameter antena di sisi penerima harus dihitung dengan benar. Untuk itu ada beberapa paremeter yang perlu diketahui. Parameter satelit seperti G/T, Saturated Field Density (SFD) dan EIRP serta peta contour atau foot print umumnya diberikan oleh operator/pemilik satelit kepada para pelanggannya, sehinga masing-masing pelanggan dapat menghitung sendiri apa-apa yang dibutuhkannya.
Gambar (2): Illustrasi redaman up-link dan down-link

Satelit merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi, satelit iptek dan satelit militer.

Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya.

Posisi satelit pada orbitnya ada tiga macam yaitu. Low Earth Orbit (LEO): 500-2,000 km diatas permukaan bumi. Medium Earth Orbit (MEO): 8,000-20,000 km diats permukaan bumi. Geosynchronous Orbit (GEO): 35,786 km diatas permukaan bumi.

Seluruh pergerakan satelit dipantau dari bumi atau yang lebih dikenal dengan stasiun pengendali. Cara kerja dari satelit yaitu dengan cara uplink dan downlink. Uplink yaitu transmisi yang dikirim dari bumi ke satelit, sedangkan downlink yaitu transmisi dari satelit ke stasiun bumi.

Komunikasi satelit pada dasarnya berfungsi sebagai repeater di langit. Satelit juga menggunakan transponders, yaitu sebuah alat untuk memungkinkan terjadinya komunikasi 2 arah.
Umumnya komunikasi satelit menggunakan banyak tranponders. Contohnya Intelsat VIII menggunkan 44 transponders dapat mengakomodir 22.500 telepon sirkuit dan 3 channel TV, pada masa sekarang ini sampai bisa mengakomodir komunikasi di Asia dan Afrika.

Antena satelit sangat penting peranannya dalam jaringan komunikasi satelit. Karena benda yang ini berfungsi sebagai penerima transimisi di setiap kawasan di dunia. Sedangkan satellite spacing (penempatan satelit) digunakan agar dalam melakukan transmisi lebih mudah berdasarkan kawasannya.

Sedangkan power system yang digunakan oleh satelit diperoleh melalui sinar matahari yang diubah ke bentuk listrik yang menggunakan Sel surya (Solar cells). Selain itu, satelit juga dilengkapi dengan sumber tenaga yang berdurasi 12 tahun yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroperasi.
4.      Jenis Orbit
·         Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun.
·         Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 – 1500 km di atas permukaan bumi.
·         Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
·         Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan Bumi.
·         Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan Bumi.
·         Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.Orbit berikut adalah orbit khusus yang juga digunakan untuk mengkategorikan satelit:
·         Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi sekitar 63°.
·         Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu melintas ekuator pada jam lokal yang sama.
·         Orbit Polar, orbit satelit yang melintasi kutub
5.      Perkembangan Satelit di Indonesia

Sejarah perkembangan satelit di Indonesia sendiri dimulai pada saat Presiden Soeharto membuka Stasiun Bumi Jatiluhur pada 27 September 1969. Pembangunan ini dimaksudkan untuk komunikasi Indonesia dengan negara lain. Pada kurun waktu antara 1970-awal hingga memasuki tahun 1976 dimulai suatu pengembangan lebih lanjut dari proses pembuatan satelit bagi Indonesia. Pada masa tersebut pula terdapat campur tangan Amerika sebagai negara yang turut membantu mengembangkan satelit di Indonesia.  
Beberapa tahun setelah itu, pada 29 Juli 1976, diluncurkan Palapa A1 dengan roket Delta-2149 di Florida, Amerika Serikat. Hal itu kemudian berlanjut pada 16 Agustus 1976 dengan diresmikannya Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.

Dengan diresmikannya SKSD PALAPA dan diluncurkannya satelit Palapa pada 9 Juli 1976 di Florida dapat dikatakan sebagai langkah awal penggunaan satelit di Indonesia. 

Penamaan Palapa pada satelit yang digunakan Indonesia tersebut merujuk pada suatu peristiwa sumpah hamukti palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.
Beliau bersumpah tidak akan menikmati buah pala sebelum dapat mempersatukan nusantara. Atas dasar itulah satelit milik Indonesia dinamakan Palapa. Dengan maksud agar dapat menyatukan seluruh wilayah di Nusantara dalam era informasi maupun komunikasi digital seperti saat ini.
 Pada 16 Agustus 1976 bersamaan dengan peresmian SKSD PALAPA, menjadi suatu tonggak sejarah era perkembangan telematika di Indonesia dan suatu kebanggan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia yang menggunakan satelit sendiri khusus komunikasi setelah Amerika dan Kanada.

Memang pada awalnya penggunaan satelit di Indonesia lebih difokuskan pada komunikasi. Mengingat pula Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan, yang mungkin pula ditujukan pada suatu konsep wawasan nusantara. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia, maka dalam segi kegunaan atau fungsi, para ilmuan juga terus mengembangkan satelit palapa. Generasi ke dua satelit palapa kemudian diluncurkan kembali pada 11 Maret 1977. Satelit ini dinamakan dengan Palapa A2.

Generasi ke dua dari satelit Palapa ini hanya memiliki fungsi sebagai pendukung dan apabila Palapa A1 mengalami disfungsi pada sirkuit komunikasinya. Umur kedua satelit ini hanyalah delapan tahun saja. Permasalahan ini pula yang menuntut para ilmuan dibidang telematika dan astronomi untuk kemudian mengembangkan lagi satelit palapa selanjutnya.

Sehubungan dengan habisnya masa penggunaan satelit Palapa A1 dan satelit Palapa A2, maka diluncurkan satelit Palapa B1 pada 19 Juni 1983. Cakupan dari satelit B1 ini lebih luas. Yaitu sudah mencakup pada kawasan Asia Tenggara, dibanding generasi Palapa sebelumnya yang hanya mencakup wilayah Indonesia saja

Seiring dengan permintaan yang tinggi akan kebutuhan komunikasi, maka satelit Palapa B2 juga diluncurkan pada 3 februari 1984 di Kennedy Sapce Center, Cape Canavarel pada 20.00 WIB. Peluncuran ini mengalami kegagalan, sehingga tidak berhasil mencapai orbitnya. Hal tersebut disebabkan kerusakan pada perigee kick motor.

Untuk mengganti Palapa B2, kemudian diluncurkan satelit Palapa B3 yang kemudian dinamai dengan Palapa B2-P (pengganti) yang diluncurkan pada 21 Maret 1987 dengan bantuan roket Delta-3920.

Peluncuran satelit memang tidak pernah lepas dari penggunaan roket. Dengan pemasangan satelit pada punggung roket atau bagian atas roket. Satelit kemudian melakukan perjalanannya di luar angkasa. Roket kemudian membawa satelit pada sebuah rute berbentuk elips yang juga sudah dikendalikan dari setasiun peluncurannya dibumi . Lintasan seperti itulah yang secara umum menjadi suatu lintasan dalam peluncuran sebuah satelit dengan menggunakan roket. Amerika memang menjadi sebuah negara pengembang roket pada awal era penggunaan satelit di dunia. Maka dari itulah, pada masa awal perkembangan satelit, Amerika menjadi negara pendukung maupun membantu mengembangkan satelit bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Palapa B yang pernah mengalami kerusakan tersebut, kemudian ditemukan oleh NASA dan dibawa kembali ke bumi. Setelah terjadi perbaikan , satelit tersebut kemudian dibeli oleh PT.Telkom.

Pada April 1990 satelit ini diluncurkan kembali dengan nama B2-R sebagai pengganti dari B1 yang masa penggunaannya sudah habis. Generasi terakhir dari Satelit Palapa B adalah Palapa B4. Diluncurkan pada 14 Mei 1992. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket tiga tingkat dari Launch Pad 17 B Cape Canavarel, Amerika. Setelah B4 diluncurkan, semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa telekomunikasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diluncurkan Satelit Palapa C.

Satelit ini diklaim memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah transponder maupun kekuatannya. Satelit ini disebut juga dengan Satelit Palapa C1. Beroperasi selama 3 tahun, dari 13 januari 1996 hingga pertengahan 1999. Satelit yang dikelola oleh Satelindo ini juga pernah disewakan kepada negara Pakistan sebelum akhirnya diambil alih dan menjadi Pakissat. Pada dasarnya berbeda dengan pengelola Satelit lain seperti Perumtel, pengelola dari satelindo lebih banyak melakukan kerjasama maupun jual beli penggunaan satelit dengan negara lain.
Sehubungan dengan pembelian Satelit Palapa C1 oleh Pakistan, maka pada 15 Mei 1996 diorbitkan Satelit Palapa C2. Ini merupakan generasi terakhir juga dari Palapa seri C. Diorbitkan dari Perancis. Setelah beberapa satelit sebelumnya yang diorbitkan dari Amerika, peluncuran satelit ini juga menjadi bukti adanya suatu kerjasama dalam hal telekomunikasi dengan berbagai negara yang tidak hanya terfokus pada Amerika saja. Orbitnya pun dipindahkan dari 113º Bujur Timur ke 105,5º Bujur Timur. Karena kelak 113º Bujur Timur akan ditempati oleh Satelit Palapa D. . Penggeseran ini dimaksudkan untuk memeperluas cakupan dari Satelit Palapa D yang dipersiapkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam rangka mewabahnya globalisasi. Pada 31 Agustus 2009, dalam rangka memepringati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-64 , maka diluncurkan Satelit Palapa D pada pukul 16.28 dari Xichang Satellite Launch Center (XSLC) di China. Satelit ini dikelola oleh Indosat yang juga diketahui memiliki banyak kerjasama dengan berbagai negara sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Satelit Palapa D memiliki cakupan yang lebih luas dan kekuatan signal yang lebih bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dipersiapkan untuk menghadapi globalisasi dalam berbagai aspek, termasuk teknologi dan komunikasi.

6.      Dampak Penggunaan Satelit di Indonesia
Berbicara mengenai dampak pasti akan didapati pula dua buah hasil. Pertama dampak positif dan yang kedua ialah dampak negatif. Begitu pula dengan penggunaan satelit di Indonesia. Terlebih dahulu dalam makalah pada bagian 2.2 ini akan dibahas mengenai dampak positif penggunaan satelit di Indonesia. Meskipun secara umum perkembangan maupun penggunaan satelit memberikan dampak positif berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi hingga beberapa bidang lain termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit juga berpotensi
menimbulkan dampak negatif.
Seperti diketahui bahwa siaran radio maupun televisi dan telephon membutuhkan satelit sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi. Perkembangan Satelit Palapa yang terus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada perkembangan alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon. Itulah salah satu dari sekian dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Pembangunan pada bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai contoh, dunia pertelevisian Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor swasta. Bahkan dari yang bersekala regional seperti JTV (Jawa Timur Televisi) di wilayah regional Jawa Timur, bersekala nasional seperti SCTV (SURYA CITRA Televisi), ANTV (Andalas Televisi), hingga yang bersekala Internasional seperti Metro TV dan MNC Sport 1 dan 2 milik Media Nusantara Citra. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh semaikin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya teknologi satelit di Indonesia.

Pada periode sesudah tahun 1990, PT.Telkom lebih banyak melakukan optimisasi penggunaan stasiun bumi. Permintaan lalulintas di kawasan Indonesia timur dapat dipenuhi melalui relokasi stasiun-stasiun bumi dari Jawa atau Sumatra. Saat digunakan untuk lalulintas yang rendah, antena parabola dengan ukuran lebih kecil banyak digunakan demi mengurangi pemakaian tempat selain untuk lebih memudahkan upaya relokasi dan transportasi ke daerah-daerah terpencil. Tambahan lagi, PT.Telkom juga mengganti sistem transmisi satelit analog menjadi sistem digital. Sistem FDM/FM digantikan dengan TDMA Medium Bit Rate dan Low Bit Rate pada awal tahun 1990-an. Sistem TDMA Medium Bit Rate digunakan di keseluruhan 36 stasiun bumi sementara TDMA Low Bit Rate dipakai di 30 stasiun bumi. Pada tahun 1995 suatu sistem digital baru untuk komunikasi point-to-point telah lahir, sehingga PT.Telkom menggantikan hubungan-hubungan dengan lalu lintas tinggi antar kota yang sebelumnya menggunakan TDMA dengan Intermediate Data Rate (dengan kecepatan 2 Mbps). FDMA akhirnya sepenuhnya dihentikan pemakaiannya pada akhir 1996. Untuk keperluan penyiaran televisi, PT.Telkom mulai menggunakan sistem digital MPEG-2 pada tahun 1996, dan kesemua fasilitas distribusi televisi analog pada satelit-satelit PT.Telkom telah selesai didigitalisasikan pada tahun 2000. Dengan demikian, PT.Telkom mampu untuk mengurangi kebutuhan transponder televisi sampai setidaknya dengan kualitas yang sama baiknya bila dibandingkan dengan persyaratan transponder sistem analog.
Dengan Peluncuran Satelit Palapa A1, Indonesia sejatinya menjadi negara pertama untuk kawasan Asia Tenggara yang memiliki dan menggunakan satelit sebagai pemersatu. Untuk itulah pada 2010 sudah digagas pula mengenai ICT Leading Nation. Hal tersebut bertujuan untuk memajukan penggunaan teknologi informasi bagi masyarakat. Tingkat penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Indonesia yang lebih moderat dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, dapat menjadi sebuah potensi untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang TIK. Meskipun tingkat penggunaanya masih relative rendah bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia.
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing.
Dengan demikian tentunya berimbas pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun penggunaan secara bersama.
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa saat ini manusia sendiri justru seakan dikuasai oleh teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Perkembangan satelit sendiri juga diikuti dengan perkembangan internet. Tidak dipungkiri lagi bahwa keduanya sangat berkaitan. Dalam permasalahan internet sendiri, dewasa ini sangat member dampak yang buruk meskipun ada pula dampak positif lainnya. Mulai dari penipuan dalam transaksi jual beli via on line hingga penyebaran gambar berbau pornografi maupun kekerasan. Hal tersebut ditakutkan akan memberi pengaruh buruk, terutama pada anak-anak, khususnya para pelajar.

Maka dengan kata lain, penggunaan jasa komunikasi satelit yang berdampak pada globalisasi informasi, juga diharapkan mampu memberika pemerataan informasi secara menyeluruh bagi wilayah-wilayah di Indonesia. Perubahan sosial di suatu negara tidak selalu membawa perkembangan positif, namun ada yang negative yang mempengaruhi tingkah laku serta pola pikir masyarakat, dimana sudah disinggung pada pembahasan di atas. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia untuk merekayasa pergeseran nilai zaman tersebut sehingga menjadi cirri bangsa moderat, tanpa mengabaikan nilai dan prisnsip kepribadian bangsa sendiri, yaitu Pancasila.
7.      Daftar negara peluncur satelit
Negara-negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri, termasuk pembuatan kendaraan peluncur.
Catatan: banyak negara yang dapat mendisain dan membuat satelit -yang mana bisa dibiliang tidak memerlukan kapasitas ekonomi, ilmu dan industri yang tinggi -- tetapi tidak mampu untuk meluncurkannya, dan mereka menggunakan peluncur asing. Daftar dibawah tidak menempatkan berbagai negara tersebut, dan hanya mencantumkan negara yang mampu meluncurkan satelitenya sendiri, ditambah tanggal dimana negara tersebut menunjukan kemampuannya. Seterusnya juga tidak mencantumkan konsorsium satelit atau satelite multinasional.
Peluncuran pertama dari berbagai negara
Urutan
Negara
Tahun Peluncuran Pertama
Roket
Satelit
1
1957
2
1958
3
1965
4
1970
5
1970
6
1971
7
1980
8
1988
1992
1992
Strela (x3, Russian)
9
 Iran
2009
8.      Daftar negara yang meluncurkan satelit dengan dibantu negara lain
Peluncuran pertama menurut negara termasuk bantuan dari pihak lain[1]
Negara
Tahun peluncuran
Satelit pertama
Payloads di orbit pada tahun 2008[2]
1957
(1992)
1,398
1958
1,042
1962
25
1964
14
1965
44
1967
11
1969
27
1970
111
1970
64
1971
25
1973
 ?
1974
5
1974
9
1975
34
1976
10
1978
5
1981
1985
11
1985
7
1986
11
1988
7
1988
15
1990
10
1990
5
1992
10
1993
1
1993
6
1994
5
1995
6
1995
1
1996
4
1997
3
1997
2
1998
3
1998
1
1999
1999
3
1999
1
2000
12
2000
3
2001
1
2002
1
2003
2
2003
2
 Iran
2005
4
2006
1
2006
1
2007
1
2008
1
2008
1
9.                    Daftar Satelit di Indonesia

Pioneer 0Satelit orbiter pertama yang diluncurkan untuk mengorbit pada Bulantapi tidak berhasil. Satelit ini diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 1958.
Luna 10. Satelit orbiter pertama yang berhasil mengorbit pada Bulan. Satelit ini buatan Uni Sovyet.
Mariner 9Satelit orbiter pertama yang berhasil mengorbit pada Planet Mars.
Sputnik 1. Satelit pertama Uni Sovyet.
Explorer 1. Satelit pertama Amerika Serikat.
Satelit GPS Rusia GLONASS.
Deploy of PALABA-B1 Satellite durig Shuttle Mission STS-7



BAB 3
PENUTUP
1.      Simpulan
A.    Ada dua jenis satelit yaitu satelit alami dan satelit buatan:
a.     Satelit alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti bulan yang merupakan satelit alami bumi. Sebenarnya, terminologi ini berlaku juga bagi planet yang mengelilingi sebuah bintang, atau bahkan sebuah bintang yang mengelilingi galaksi, tetapi jarang digunakan. Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami matahari.
b.      Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang beredar mengelilingi benda lain, misalnya satelit Palapa yang mengelilingi bumi.
B.      Palapa ialah nama bagi sejumlah satelit telekomunikasi geostasioner Indonesia. Nama ini diambil dari "Sumpah Palapa", yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah Mada dariMajapahit pada tahun 1334.
C.      Satelit mempunyai 5 peran bagi kehidupan manusia, sehingga satelit dibagi menjadi 5 yakni Satelit Cuaca, Satelit Komunikasi, Satelit Navigasi, Sattelit Biologi, dan Satelit Militer.




DAFTAR PUSTAKA


0 komentar:

Posting Komentar

 

My Lesson Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates